Proyek PLTU Jawa 9, Salah Satu PSN Garapan Barata Indonesia

Tagline “Smart Energy Center” membawa PT Barata Indonesia menembus pasar global. Pada tahun 2020 saja ia berhasil mengekspor komponen pembangkit listrik ke Armenia, Bahrain dan Jerman. Pada 2022, perusahaan ini mengekspor komponen pembangkit listrik ke Korea. Oleh karena itu, Barata Indonesia dipercaya menyuplai komponen ke proyek PLTU Jawa 9 dan 10.

Komponen pembangkit listrik yang diekspor ke berbagai negara tujuan memiliki kapasitas produksi energi listrik berbeda-beda. Besar energi listrik yang dihasilkan oleh mesin pembangkit tergantung pada komponen dan bahan bakar yang digunakan. Mesin dengan kapasitas besar tentu membutuhkan bahan bakar lebih banyak dan potensi polusi lebih luas.

Keberlanjutan Lingkungan Jangka Panjang

Salah satu masalah global yang harus menjadi perhatian seluruh industri di muka bumi adalah keberlanjutan lingkungan. Hal ini terkait erat dengan kondisi terkini bumi setelah mengalami pemanasan global selama puluhan tahun terakhir. Efek rumah kaca dan polusi dari pabrik yang tidak diolah dengan baik menjadi pemicu kerusakan di bumi.

Bukan hanya pabrik makanan dan minuman yang menyisakan limbah pabrik dan polusi udara, proyek PLTU Jawa 9 dan 10 juga berpotensi menyumbang polusi luar biasa. Potensi polusi tersebut berbahaya jika tidak direkayasa dengan teknologi terbaru yang mampu mengolah limbah agar lebih ramah lingkungan.

Sistem pengolahan polusi agar dapat dikategorikan aman saat dilepas ke alam bebas diatur melalui standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Indonesia telah menandatangani perjanjian Paris yang membahas perubahan iklim di bumi. Perjanjian ini mengatur negara yang berkontribusi pada polusi harus menerapkan batas maksimal emisi.

Penetapan batas maksimal emisi tersebut dimaksudkan menekan angka polusi dan mengurangi efek rumah kaca. Dampaknya adalah, setiap industri yang menghasilkan polusi tinggi harus menekan angka emisi karbon. Berbagai macam teknologi bermunculan dan berlomba untuk menjadi yang terbaik dalam mengamankan bumi di masa depan.

Teknologi Terapan Dalam Proyek PLTU Jawa 9 dan 10

Kondisi bumi dan Perjanjian Paris membuat industri bergerak menyesuaikan diri agar mampu bertahan dan tetap memperoleh izin produksi. Teknologi terapan terbaru diterapkan untuk menekan angka polusi dengan berbagai rekayasa ilmu pengetahuan. Dalam hal ini proyek PLTU Jawa 9 dan 10 menerapkan teknologi USC dan SCR.

Teknologi USC dan SCR dipilih oleh PT Barata Indonesia karena dianggap memiliki risiko paling kecil dalam realisasinya di lapangan. Keseriusan untuk mengatasi masalah keberlanjutan lingkungan ini membuat Barata Indonesia mendapat dukungan banyak pihak dari berbagai penjuru dunia untuk menerapkan teknologi USC dan SCR, demikian dilansir validnews.

PT Barata Indonesia menerapkan filosofi ‘Your Heavy Manufacturing Partner,” yang berarti siap menjadi partner terbaik dalam berbagai mesin produksi kelas berat. Jika saat ini tergabung dalam suksesi proyek PLTU Jawa 9 dan 10, mungkin di masa depan berpeluang mengembangkan komponen pembangkit listrik dengan banyak pilihan bahan bakar lain.

Teknologi SCR yang berhasil diciptakan saat ini bekerja dengan tujuan menurunkan nitrogen oksida dari hasil pembakaran ammonia. Tanpa teknologi SCR, nitrogen oksida yang terlalu tinggi dilepas ke udara bebas dapat meningkatkan efek rumah kaca dan berperan aktif dalam pemanasan global. Akhirnya suhu di bumi semakin tidak terkendali.

Cara kerja teknologi SCR adalah dengan mengkonversikan molekul nitrogen oksida menjadi air dan nitrogen bebas. Akhirnya air yang dilepas mengandung nitrogen cukup tinggi yang bagus bagi beberapa jenis tanaman air namun tidak berbahaya bagi manusia. 

Keberadaan proyek PLTU Jawa 9 dan 10 diharapkan tidak mendatangkan ancaman bagi pemerhati lingkungan dan makhluk hidup di muka bumi. Justru teknologi canggih yang diterapkannya diharap mampu memberikan kontribusi terbaik bagi kehidupan manusia di masa depan.